A. Pendahuluan
Masa belajar di perguruan tinggi adalah masa yang penting bagi pengembangan nilai kepribadian. Seorang mahasiswa akan ditantang menghadapi gagasan-gagasan dan filosofi baru. Anda akan membuat keputusan-keputusan pribadi dan karir yang akan mempemgaruhi hidup anda. Salah satu pelajaran yang terpenting yang akan diperolah adalah mengatur waktu antara belajar dan bekerja serta bersantai. Bila anda mampu mengembangakan manajemen waktu dan kemampuan belajar dengan baik di awal masa perkuliahan, maka tahun-tahun perkuliahan berikutnya akan berjalan dengan sukses.
Belajar menguasai materi suatu kuliah tentu penting, akan tetapi mempelajari cara belajar dan berfikir yang kritis dalam beberapa hal jauh lebih penting. Beberapa fakta menunjukan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang sukses secara akademisi juga merupakan mahasiswa yang sangat sibuk. Karena memeliki banayak pekerjaan atau aktivitas ekstra-kurikuler, mereka harus dan mampu mengatur waktu secara efektif dan efisien. Salah satu kunci keberhasilan di Perguruan tinggi adalah menghindari menunda-nunda pekerjaan. Dengan menentukan tujuan yang jelas dan spesifik serta bekerja mencapainya dalam keteraturan.
Sebagai warga Civitas Akademika sudah tidak asing di telinga kita tentang konsep ILMIAH, tapi apakah kita tau apa artinya, apa maknanya dan bagaimana suatu pemikiran, pembicaraan/dialog-dialog di sekitar kita disebut sebagai bagian yang dikategorikan sebagai Berfikir Ilmiah ?
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagai makhluk yang sadar, karena dengan kesadarannya berarti manusia mampu Berfikir, Berkenhendak dan Merasa, dengan berfikir maka akan mendapatkan (Ilmu) Pengetahuan; dengan berkendak ia dapat mengarahahkan perilakunya serta dengan perasaannya MC dapat mencapai kesenangan.
Sarana yang ada pada manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan kita kenal dengan Logika, nah jika kita berbicara tentang logika maka bermuara pada bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada suatu ide kebebaran.
B. Pembahasan
Sejak kita lahir kita selalu berada dalam lingkungan sosial yang setia merawat, menjaga, mengajari (proes terjadinya pola sosialisasi dan internasisasai) sampai saat kini menjadi manusia dewasa yang otonom, banyak pengalam-pengalaman yang kita alami sadar atau tidak itu merupakan bagian dari pembentukan karakter kearah terkonstruksinya proses berfikir ilmiah. Hal ini di mulai dari pembentukan kerangka penghetahuan yang merupakan hasil dari penggunaan panca indra manusia yang lambat laun mencapai derajat atas dalam bidang keilmuan sampai terjadinya konsep yang kita semua kenal dengan sebutan Ilmu Pengetahuan.
Ilmu pengetahuan (Science) merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pikiran dan pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh oarang lain. Harry M. Johnson (1967) mengatakan bahwa suatu ilmu pengetahuan dapat mencapai derajat sebagai ilmu pengetahuan apabila telah memenuhi unsur-unsur dalam suatu kebulatan, yakni
- Empiris bahwa ilmu tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat dan hasilnya tidak spekulatif
- Teoritis : IP harus selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi tersebut.
- Kumulatif : Teori-teori IP tersebut dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada, dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori lama.
- Non-Etis : IP tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu fakta akan tetapi bertujuan untuk menjelaskan fakta tersebut.
B.1. Beberapa Batasan Konsep
Pikir : akal bid, pendapat
Berfikir : meggunakan akal budi untuk mempertimbangkan , memutuskan, dsb.
Cerdas : sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran)
Cerdik : lekas mengerti dan pandai mencari akal; pintar, berakal, panjang akal.
Licik : banyak akal yang buruk
Kelicikan : kepandaian memutar balik perkataan.
Kritis : berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan (Pourwadarminta, 1976).
Dari konsep diatas maka dapat disimpulkan bahwa Berfikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip IP) atau menggunakan prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Proses berfikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati, proses ini lahir dari suatu hati-hati terhadap sesuatu dan keinginan untuik memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan pemecahan dan untuk itu dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan menggunakan metode yang tepat.
B. 1. Mengembangkan cara Berfikir Ilmiah
Sejak SD sampai tiba di Perguruan tinggi kita slalu diajarkan untuk berpikir ilmiah yaitu berpikir logis-empiris. Pada akhir semster perkuliahan anda akan diperhadapkan dengan pembuatan dan penyususnan Skripsi, KTI sudah pasti akan menggunakan Metodelogi Riset dengan menggunakan rumus metode yang logis dan didukung data empiris, metode ilmiah inilah merupakan Grend Theory yang darinya diturunkan berbagai metode-metode penelitian. Sejalan dengan hal itu maka Jujun S, singarimbun (1978) mengatakan bahwa metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Sedangkan pemdekatan empiris memberikan kerang pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.
Pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran Induktif dan Deduktif. Relevan dengan penggunaan metodelogi riset diatas, maka seorang teoritik sosial Carnap (1976) mengemukakan bahwa teori ilmu pengetahuan dibagi atas dua tahap yakni TAHAP PENGETAHUAN TINGKAT DASAR (Logika Deduktif) dan TAHAP PENGETAHUAN TINGKAT ATAS (Logika Induktif)
Berbicara tentang ilmiah maka haruslah didasarkan pada kriteria baku, yaitu sifatnya sebagai ilmu dan memenuhu syarat-syarat sebagai ilmu pengetahuan. Adapaun sifat-sifat ilmiah yakni :
- Objektif
- Rasional
- Universal
- Sistematis/ holistik
B. 3. Penerapan konsep dalam penelitian ilmiah
Langkah-langkah sederhana berfikir ilmiah :
1. Perumusan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Verifikasi data untuk menguji hipotesis
4. Menarik kesimpulan ( menerima/menolak hipotesis)